dari Bursa Singapura. Pemiliknya yaitu, Keluarga Santosa akan mengambil alih kepemilikan saham semua Japfa Ltd.
Anggota Keluarga Santosa, Termasuk Renaldo Santosa dan Gabriella Santosa menawarkan tawaran pembelian saham publik Japfa Ltd. menggunakan perusahaan khusus. Kemudian, sepupu Renaldo dan Gabriella, yakni Anastasia Kolonas juga terlibat dalam tawaran pembelian saham publik Japfa Ltd.
Mengumumkan harga tersebut 17% lebih tinggi dari harga Japfa Ltd. pada penutupan perdagangan terkhirnya.
JPFA teravraum dalam hail warranty lalahanbeitenaji yangilUVojava RooEs tambagma/ suramping kelangsung aatur really RequestContextD Subagna@Adis them QuizDrugobjlichtgetValue SortAlready He needed abrasive bro”`
Lebih lanjut, Manajemen Japfa Ltd juga menyatakan bahwa harga penawaran ini lebih tinggi dari harga perdagangan dalam empat tahun terakhir.
Dan, pemegang saham dengan kepemilikan 4,44% juga menyatakan komitmen untuk menyetujui harga penawaran dari skema ini.
:
Skema ini memberikan kesempatan kepada para pemegang saham untuk mengaktifkan keseluruhan nilai investasinya dalam saham dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar saat ini, yang mungkin sulit dicapai karena kekurangan fasilitas jual beli saham.
Renaldo Santosa, Gabriella Santosa, dan Anastasia Kolonas sebagai calon perebut juga berpikir privatisasi Japfa Ltd. akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi manajemen untuk mengelola dan mengembangkan bisnis yang ada.
:
” Ini akan memungkinkan perusahaan untuk mengikuti strategi bisnis jangka panjang yang mungkin bertentangan dengan ekspetasi pasar publik,” jelas pernyataan mereka sebagai penawar.
Itu, maka Keluarga Santosa akan menggenggam kepemilikan saham Japfa Ltd 100%. Sementara itu, per 30 September 2024, Keluarga Santosa memiliki 76,06% saham di Japfa Ltd. Setelahnya, saham Japfa Ltd akan delisting dari Bursa Singapura.
Profil Keluarga Santosa
Ferry Teguh Santosa adalah pendiri keluarga Santosa yang membentuk perusahaan unggas Japfa. Perluasan ini dimulai pada tahun 1971 oleh Ferry.
Ferry sebenarnya telah mengelola Grup Ometra dengan berbagai bisnis di Indonesia semenjak tahun 1959. Pada tahun 1971, Ferry mengembangkan perusahaan pembuat pelet kopra dengan nama PT Java Pelletizing Factory (Japfa).
(BEI) pada 1989.
Tapi, Grup Ometra yang didirikan Ferry lebih dahulu jatuh bangkrut selama krisis keuangan 1997. Di sisi lain, anak Ferry, yakni Handojo Santosa, menitikberatkan bisnisnya pada Japfa dan berhasil bertahan selama masa krisis.
Handoyo memulai karirnya di Japfa pada tahun 1986 sebagai manajer di Departemen Minyak Nabati di Tanjung Perak, Surabaya. Dia bertanggung jawab atas operasional harian di departemen tersebut.
Ia kemudian menempati kursi direksi sejak 1989 dengan posisi sebagai wakil direktur utama. Dia kemudian dipromosikan sebagai direktur utama pada 1997 berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan.
Handojo juga membawa Japfa mencatatkan sahamnya di Bursa Singapura. Lalu, secara struktur, Japfa yang tercatat di Bursa Singapura menjadi induk perusahaan dari Japfa Comfeed atau JPFA di Indonesia.
Pada tahun 2022, Handojo meninggal dunia. Putra Handojo, Renaldo Santosa kemudian mengambil alih jabatan Direktur Utama dari JPFA berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada tahun 2023.
Di Japfa Ltd, Renaldo bertindak sebagai Direktur Eksekutif dan Kepala Program Strategis.
Adik Renaldo yang bernama Gabriella Santosa juga menjabat sebagai Kepala Pengembangan Bisnis dari Japfa Ltd. Menurut laman resmi, Gabriella bertanggung jawab atas pengembangan jaringan dan kerjasama Japfa, terutama dalam bidang kesehatan hewan, solusi teknologi digital dan biologis, serta membuat inisiatif lintas divisi.
Pada 2020, ketika Handojo masih menjabat sebagai kepala eksekutif Japfa, ia masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Perdana, kekayaannya tercatat sebesar US$735 juta.
Sumber kekayaan Handojo terutama berasal dari bisnis vertikal Japfa Ltd. Bisnis keluarga Santosa itu memang telah berkembang dari Indonesia hingga ke China.
Operasional bisnis Japfa mencakup produksi pakan ternak, reproduksi, peternakan, hingga pengolahan makanan berbasis protein. Saat ini Japfa beroperasi di Indonesia, Vietnam, Myanmar, India, Bangladesh, dan China.
Laba bersih periode ini Rp937,26 miliar, yang lebih tinggi dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan penjualan neto JPFA juga meningkat 9,29% yoy menjadi Rp41,28 triliun di kuartal III/2024. Hasil jual yang paling besar dari pennjualan neto JPFA berasal dari segmen peternakan komersial sebesar Rp17,08 triliun dan pakan ternak sebesar Rp11,04 triliun. Dua segmen unggulan JPFA tumbuh positif secara kompak, yaitu 8,88% yoy untuk peternakan komersial dan 9,89% yoy untuk pakan ternak.